Minggu, 23 Februari 2014

Obrolan Singkat Trihatma Kususma Haliman #part 3

China, termasuk Hong Kong, saat ini mengalami “bubble” dalam industri properti. Harga apartemen selangit sehingga rakyat di sana tak mampu membelinya. Menurut Pak trihatma, langkah apa yang harus dilakukan pemerintah agar “bubble” tidak terjadi di Indonesia? 
Yang saya tahu, Pemerintah China terus berusaha untuk mendinginkan pasar properti agar tidak terjadi “bubble”. Di Indonesia, memang sempat dikhawatirkan jika orang asing diizinkan membeli properti di sini, harga rumah akan melambung tinggi. 

Tapi sebagai pengembang, kami harus bisa mengukur daya beli masyarakat Indonesia. Membangun apartemen jangan hanya untuk kelas atas, tapi juga untuk masyarakat menengah dan menengah bawah. Buktinya kami bisa menjual 60.000-an unit apartemen, sold out, habis, tak pernah ada stok tersisa. 

Jadi kalau pengembang membangun hunian dengan harga terjangkau, pasti laris. Sasaran kami bukan investor atau spekulan, tapi end-user. Nah, bubble terjadi karena banyak spekulan yang membeli lalu menggorengnya dengan harga lebih mahal. 

Jadi pemerintah harus melanjutkan kebijakan rusunami karena pembelinya sebagian besarend-user. Lihat saja contoh Kalibata City dengan 12.000 unit rusunami. Laris manis. 

Jadi kita tidak perlu takut terjadi bubble. Saya kira pengembang Indonesia masih punya moral. Pengembang membangun hunian yang bisa dijangkau dan dibeli sebagian besar masyarakat, selain hunian high-end. Dan Agung Podomoro Land membangun dan memasarkan hunian segala lapisan, tetap laris, laku keras. Kewajiban pengembang, membantu masyarakat menengah bawah. 

Apa filosofi hidup Pak Trihatma? 
Filosofi hidup saya very simple. Yang penting how to make everybody happy. Membuat mitra saya senang. Jadi living on harmony and peaceful of mind. Kalau itu dilakukan, pasti hidup kita sukses. Karena dalam jiwa yang sehat, terdapat tubuh yang sehat, dan jika tubuh kita sehat, ide-ide cemerlang akan muncul. Harmonisasi ini sangat penting karena jika kita hidup harmonis, akan bisa melahirkan konsep yang besar. 

Kita makan cukup dengan satu piring nasi, tapi kita bisa memberikan banyak lapangan kerja. Di Senayan City misalnya, ada 250 karyawan tetap, namun jumlah orang yang hidup dari sana bisa mencapai 5.000 orang. Saya puas bisa menciptakan banyak lapangan kerja yang banyak. Ini menimbulkan rasa percaya diri dan keyakinan untuk meneruskan proyek lainnya.

Jadi dalam menjalankan perusahaan ini, saya mengacu pada empat hal. Pertama, harmoni. Bagaimana saya, Agung Podomoro menjaga keharmonisan dengan semua pihak. Kedua,passionate dan perseverance. Artinya tidak mudah menyerah dan selalu bersemangat dalam mengerjakan sesuatu. Ketiga, mutu. Bagaimana produk-produk APL selalu menjaga mutu dan kualitas. Dan keempat, lingkungan. APL selalu berupaya produk-produk ramah lingkungan dan peduli lingkungan.

Agung Podomoro Land berencana membangun universitas. Apa pertimbangannya? 
Ini baru exercise. Universitas dibutuhkan karena kami berpikir jauh ke depan. Kami ingin anak-anak kita mendapatkan pendidikan di dalam negeri yang berkualitas. Kita mampu membuat universitas yang baik di dalam negeri. Kita belajar sistem dari luar negeri dan kita mengelola sistem itu. Saya berpikir ke arah sana. Karena apa? Karena anak-anak Indonesia yang belajar di luar negeri, setelah pulang ke Indonesia, kulturnya sudah beda. Ketemu keluarga seperti orang asing. Padahal nilai-nilai Asia harus tetap dijaga dan dipelihara. Jika sistem di luar negeri maju dan bagus, mengapa tidak dibawa ke dalam negeri saja, ke Indonesia, agar nilai-nilai Indonesia tetap ada. 

Selain itu, kami membutuhkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Masak mencari manajer mal harus orang Malaysia, orang Australia? Masak mencari ahli kelistrikan harus orang Filipina? Mengapa tak ada orang Indonesia sendiri yang mengelola mal kita? Jadi menciptakan SDM berkualitas itu sangat penting. (Robert Adhi Kusumaputra)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar