RumahCom –Seorang investor sejati akan mencari
jenis investasi yang paling tepat baginya di saat tertentu. Misalnya di saat
suku bunga tinggi, dia akan memilih investasi finansial; tetapi sebaliknya,
saat suku bunga rendah, dia akan beralih berinvestasi properti yang memiliki
capital gain lebih besar.
Secara singkat, ada 13 faktor yang membedakan investasi
properti dengan investasi finansial. Ada plus-minus di antara keduanya. Berikut
ini kelebihan investasi properti dibanding investasi finansial yang dinukil
dari buku ‘Menjadi kaya Melalui Properti’ tulisan Panangian Simanungkalit:
Pendapatan Potensial
(Potential Income)
Pendapatan potensial properti didapat dari hasil menyewakan
properti tersebut—bisa berupa rumah, ruko, atau kios—kepada pihak lain. Nilai
sewa bergantung pada harga pasar dan kemampuan penghuni untuk membayar sewa
pada waktu tertentu. Di sisi lain, investasi di sektor finansial seperti
deposito, pendapatan yang diperoleh berupa bunga (interest), sementara
berinvestasi dalam bentuk saham akan mendapat deviden setiap tahun.
Kenaikan harga sewa properti tentu saja lebih pasti dari
kenaikan hasil saham dan lain-lain, karena pada dasarnya semua orang
membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal dan ruko atau kios sebagai tempat
berusaha. Dalam kondisi ekonomi yang paling buruk pun, investasi properti akan
selalu menguntungkan, karena properti adalah kebutuhan primer manusia.
Potensi Kenaikan
Investasi (Capital Appreciation Potential)
Karena memiliki sifat langka, harga tanah dan bangunan sudah
pasti akan naik relatif terhadap harga-harga barang lain. Pasalnya, faktor
kelangkaan menciptakan nilai ekonomi tersendiri.
Hal ini tentu saja berbeda dengan investasi di sektor
finansial. Harga selembar saham akan naik jika kinerja perusahaan baik,
sebaliknya harga akan turun jika kinerja perusahaan menurun atau
memburuk. Sementara itu, pemilik saham tidak bisa mengubah kenaikan harga saham
sekehendak hati.
Proteksi Terhadap
Inflasi (Inflation Hedge)
Kenaikan harga tanah dan bangunan setiap tahunnya, sudah
terbukti lebih tinggi dari laju inflasi. Kenaikan harga tanah di lokasi yang
berkembang minimal 15%, sementara tingkat inflasi berada di
bawah angka 10%. Di sisi lain, harga semen, baja, dan besi selalu naik di atas
tingkat inflasi, yakni rata-rata 10%-12%. Inilah yang menyebabkan tanah dan
bangunan berupa rumah, ruko, dan apartemen merupakan aset yang paling tahan
terhadap gerusan inflasi.
Sebaliknya, sektor finansial sangat sulit menghadang
inflasi, karena investasi berupa uang (kertas), nilainya bisa termakan inflasi.
Kondisi ini menyebabkan investor di sektor finansial tidak bisa memelihara daya
beli mereka.
Peluang Mengendalikan
(Opportunities for Control)
Di dalam berinvestasi properti, seorang investor memiliki
peluang untuk mengendalikan properti miliknya dengan cara membeli, menahan,
menjual, memperbaiki, dan menggunakan. Sementara di sektor finansial,
investor hanya bisa membeli, menahan, dan menjual.
Daya Ungkit (Leverage)
Properti memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya dengan
modal awal Rp100 juta untuk uang muka (20%), Anda bisa membeli
properti seharga Rp500 juta—sisanya Rp400 juta (80%) dibayar dengan
bantuan kredit dari bank. Hal serupa tidak dapat dilakukan di
sektor finansial. Semua investasi di sektor finansial harus dibayar secara
tunai.
Spekulasi (Speculation)
Di sektor properti, unsur spekulasi tidak terlalu banyak
terjadi. Hal ini disebabkan karena harga-harga properti dapat dipastikan akan
naik.
sumber: http://ternakrumah.com/2013/02/15/kelebihan-investasi-properti-dibanding-investasi-finansial/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar