Sejak 2001 Agung Podomoro melesat bagai meteor. Proyek-proyeknya menjadi dambaan masyarakat. Setiap kali launching, antrean calon pembelinya mengular. Proyeknya pun laris manis. Selain itu, sejumlah proyeknya menjadi ikon baru di berbagai kawasan seperti Podomoro City dan Green Bay Pluit. Dan jika menyebut kegemilangan Agung Podomoro itu, tak akan pernah lepas dari sosok di baliknya, yaitu pengusaha Trihatma Kusuma Haliman. Apa sebenarnya yang dilakukannya hingga membawa perusahaan yang didirikan ayahnya, Anton Haliman, tahun 1969 itu sukses luar biasa?
Tahun 1986, Trihatma “ditantang” ayahnya untuk kembali ke Indonesia menangani perusahaan tersebut. Saat itu, Trihatma sedang menimba ilmu di bidang arsitektur Universitas Trier Kaiserlautern, Jerman. Tak sempat lulus, tapi ia kemudian justru “bersekolah” langsung, karena segera memraktikkan ilmunya di lapangan. Dan memang, intuisi sang ayah kala itu sangat tepat. Di bawah kepemimpinan Trihatma, Agung Podomoro berkembang menjadi pengembang terbesar di Indonesia saat ini.
Trihatma, pengusaha kelahiran Jakarta, 6 Januari 1952 yang terkenal kalem, tak banyak cakap, pendengar yang baik ini memiliki sepak terjang yang begitu taktis. Prinsip buka mata lebar-lebar, pasang telinga lebar-lebar, tapi kunci mulut rapat-rapat, membuat Agung Podomoro sering kali mengejutkan banyak orang. Mulai dari mengubah rawa menjadi tanah bernilai emas, mendandani properti macet menjadi laris manis bak kacang goreng, hingga “menerjang” krisis global tanpa harus terlihat kelimpungan.
Pada tahun 1997 ketika banyak perusahaan kolaps, Agung Podomoro tak begitu merasakan dampak mematikan karena dikendalikan dengan konservatif. Lalu di tengah pihak lain yang berkutat dengan penyelesaian utang-utangnya yang rumit hingga asetnya harus dirawat BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) Trihatma justru menemukan peluang. Ia kemudian membeli properti yang dimiliki pengembang yang terkena dampak krisis dari BPPN. Setelah dikelolanya, proyek-proyek itu menjadi proyek properti yang menggiurkan. Boleh dibilang, Agung Podomoro mulai melesat tahun 2001. Dan hingga kini terus berlari. “Yang penting saya sudah lari. Orang lain masih di belakang. Nanti kalau sudah jauh, punya kompetitor, kan kompetitornya jauh di belakang,” ujarnya.
Kini Agung Podomoro memang sudah meninggalkan para kompetitornya. Sejumlah proyeknya sangat menggiurkan baik di mata para pesaing maupun para pembelinya. Lihat saja proyek-proyek yang kini menjadi ikon pengembang di Indonesia seperti Podomoro City, Kuningan City, Senayan City, Emporium Pluit Mall, dan sebagainya. Belum lagi proyek yang masih dalam pengembangan seperti Green Bay Pluit (proyek super block di Pluit Jakarta Utara), Vimala Hills (vila dan resort ), dan sebagainya. Dengan proyek-proyek itu pantas Agung Podomoro menjadi developer terbesar di Indonesia saat ini.
Apa kunci suksesnya? Ternyata Trihatma selalu mengedepankan harmoni di setiap proyek yang dijalankan. Harmoni dengan alam, harmoni dengan lingkungan sekitar, termasuk harmoni dengan masyarakat setempat. “Dengan cara itu, apa yang kami buat akan menjadikan setiap orang bisa happy,” sebut Trihatma menjelaskan salah satu filosofinya dalam membesarkan usaha.
Selain itu ia menyebutkan, dalam menjalankan bisnisnya ia punya pegangan: Disiplin, Jangan Emosi, Jangan Nafsu, dan Jangan Serakah.
sumber:
http://www.andriewongso.com/articles/print/10272/Disiplin-2C-Jangan-Emosi-2C-Jangan-Nafsu-2C-dan-Jangan-Serakah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar